Monday, July 18, 2011

Altar Kerinduan

Sesak terdesak
detik berdetak
sempit menghimpit
raga tak daya
Hujan air mata banjirkan gulana
kalau boleh, aku tak ingin jatuh cinta
tiada lagi keindahan?
karena hanya di garis batas rindu, aku berani melihatmu..
redam dan hancurkan kerinduan akan asamu akan dirimu melabuhi pikiranku

malaikat engkau dimana
jika aku mau, Tuhan dan alam akan berkonspirasi membuatku lupa
rumit berbelit
itu jika aku mau berhenti melawan lupa dan terus mengingatmu
sistem otakku tak lagi bisa beroperasi
memikirkan mu mungkin salah, tapi otakku suka sekali melakukan itu, walau hatiku perlahan sakit terlumat
saat ragaku hilang bangkitkan aku atas perjuanganmu
kelak jemariku ini akan merayap di sela tangamu, tanpa perlu menunggu gerimis waktu
aku menangis di pelukanmu di bawah rintihan hujan
boleh minta tolong? jangan terlalu sebentar bersamaku. itu saja...
bila waktu dapat berbicara, dan angin bisa menyampaikan kerinduanku akan tentangmu hingga menusuk masuk di telinga, hingga menancap di hatimu. hapus semua keraguan akan tentangku
aku harap menjadi ringan seperti kapas, agar angin bisa meniupku sedekat kau bernafas...
ku harap kisah kita tak berakhir di kotaku
Di kotaku.
Hujan dijadikan cindera mata. Boleh kau bawa pulang. Tapi buat sendiri pelanginya
Aku tak bisa menggengam sendiri, aku butuh bantuanmu
matamu terlalu ampuh, aku seketika lumpuh
tatap mataku, pegang erat tanganku kita berlabuh di kota Jogja
ketika waktu mengakhiri pelabuhan rindu..
Cermin jiwaku akan selalu menghantuimu disaat kamu terjaga

No comments:

Post a Comment